Sukses

Ada Fenomena Alam Hujan Es Surabaya : Ini Prediksi Cuaca di Jateng, Selasa 22 Februari 2022

BKMG mengirim peringatan dini untuk masyarakat Jateng terkait cuaca ekstrem sepanjang pekan ini.

Liputan6.com, Semarang - Publik internet alias warganet heboh dengan apa yang terjadi di wilayah Jawa Timur (Jatim), khususnya Kota Surabaya. Kemarin, hujan lebat yang disertai angin, ternyata membawa fenomena alam yang tak biasa.

Hal yang jarang terjadi itu adalah hujan es. Kondisi itu terlihat ketika hujan sangat lebar disertai angin mendera Kota Surabaya, dan beberapa daerah lain di Jatim. Hujan dengan intensitas tinggi menjadi awal dari terbentuknya fenomena alam tersebut.

Nah, berkaca dari situasi yang terjadi area Jatim, bagaimana dengan prediksi cuaca di Jateng, Selasa (22/2/2022). Data prediksi BMKG menyebutkan, sepanjang hari ini, area Jateng akan mengalami hujan ringan, hujan dan berawan tebal sampai tengah malam nanti.

Oleh karena itu, BMKG sudah mengeluarkan peringatan dini terhadap masyarakat Jateng. BMKG menyatakan, warga harus mewasdpadai potensi hujan sedang sampai lebat yang dapat disertai petiratau kilat serta angin kencang di wilayah Pegunungan Tengah/dataran tinggi dan sebagian Jateng Timur pada siang-sore/awal malam hari.

Sementara itu, cuaca hujan dan berawan tebal identik dengan kondisi suhu yang fluktuatif. Oleh karena itu, sepanjang hari ini akan ada beberapa wilayah yang memiliki titik suhu terendah.

Setidaknya ada dua kabupaten yang diprediksi akan merasakan suhu udara yang rendah, yakni Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Wilayah tersebut akan terkena 'sapuan' suhu di titik terendah 20 derajad Celcius. Sementara itu, area kota Semarang diprediksi akan mendapat suhu terpanas, yakni dalam rentang 24-31 derajad Celcius.

 

Cuaca Ekstrem

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Arti Fenomena

Seperti diketahui, fenomena alam hujan es di kawasan Kota Surabaya dan Jatim secara keseluruhan, menjadi perbincangan hangat. BMKG memastikan, kondisi tersebut karena pola konvektifitas massa udara dalam skala lokal-regional yang signifikan.

Fnomena downdraft kuat di sistem awan kumulonimbus dapat menyebabkan butiran es dengan ukuran cukup besar.. Es tersebut turun hingga ke dasar dan keluar dari awan menjadi fenomena

Kecepatan downdraft dari awan kumulonimbus tersebut cukup signifikan, sehingga dapat mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara. Alhasil, sampai jatuh ke permukaan bumi masih dalam bentuk butiran es yang dikenal dengan fenomena hujan es.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.