Sukses

Bungkus untuk Oleh-Oleh, Ini 5 Kuliner Khas Purworejo yang Ikonis

Berikut sederet kuliner Purworejo yang patut dicoba.

Liputan6.com, Purworejo - Purworejo merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah. Purworejo memiliki julukan sebagai kota pejuang. Sebab banyak pahlawan bangsa yang lahir disini, antara lain WR Supratman, Ahmad Yani dan Sarwo Edhie Wibowo.

Meskipun tak begitu luas, Purworejo juga terkenal akan wisata dan kulinernya.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut sederet kuliner Purworejo yang patut dicoba.

1. Dawet Ireng

Dawet ireng sekilas tampak seperti es cendol pada umumnya. Namun, berbeda dengan cendol, dawet ireng berwarna hitam.

Hal ini sesuai dengan namanya, yaitu ireng yang dalam bahasa Jawa berarti hitam. Minuman ini berasal dari daerah Butuh, Purworejo, Jawa Tengah.

Dawet berwarna hitam itu diperoleh dari abu bakar jerami yang bercampur dengan air sehingga menghasilkan air warna hitam. Air ini yang lalu digunakan untuk mewarnai dawet.

Dalam penyajian dawet ireng, dawet ireng memiliki keunikan tersendiri. Jumlah dawet lebih banyak dibanding kuahnya yang berupa santan air gula.

Tak hanya itu, santan juga biasa diperas langsung dari bungkusan serabut kelapa. Sama seperti cendol, dawet ireng dibuat dari bahan-bahan yaitu tepung sagu, santan kelapa gula Jawa, dan daun pandan.

Minuman ini biasa disajikan menggunakan mangkuk dan diberi es untuk menambah kesegaran. Penjual dawet ireng dapat ditemukan hampir di setiap sudut Purworejo.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Clorot

2. Clorot

Hidangan Purworejo satu ini berupa kue yang terbuat dari tepung beras dan gula merah. Clorot biasa dibungkus dengan daun kelapa atau janur dan berbentuk kerucut.

Makanan ini tidak hanya digemari oleh orang Purworejo namun juga banyak diburu para wisatawan yang berkunjung. Biasanya, wisatawan akan menjadikan clorot sebagai oleh-oleh khas Purworejo.

Rasa manis dan tekstur kenyal yang ada pada clorot menciptakan cita rasa khas di lidah para penikmatnya. Proses pembuatan clorot dimulai dari gula merah, garam, pandan, yang dicampur dengan air santan, lalu dimasak sembari diaduk merata.

Kemudian, tuangkan campuran santan ke wadah yang berisi tepung beras, aduk hingga merata. Setelah itu, tuangkan adonan ke dalam bungkus terbuat dari daun kelapa atau janur yang sudah dibentuk mengerucut.

Lalu clorot dikukus hingga matang dan dapat dinikmati. Hidangan ini akan terasa nikmat bila disajikan selagi hangat.

Cara menyantap clorot juga cukup unik, clorot harus ditekan bagian bawah kerucutnya memakai jari, lalu setelah isinya keluar baru kemudia dapat  disantap.

3. Geblek

Geblek merupakan salah satu makanan khas Purworejo selanjutnya. Geblek terbuat dari tepung singkong yang dibentuk menyerupai angka delapan, lalu digoreng.

Geblek benar-benar nikmat terlebih dipadukan dengan sambal pecel maupun sambal lainnya. Makanan berwarna putih dan tampak seperti cireng ini dapat dengan mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional Purworejo, seperti Pasar Baledono dan Pasar Jenar.

Geblek memiliki cita rasa yang gurih dan cocok dipadukan dengan sambal pecel yang bercita rasa pedas manis. Tak hanya di Purworejo, geblek juga biasa ditemui di Kulon Progo, Yogyakarta.

 

3 dari 3 halaman

Lompong

4. Kue Lompong

Makanan khas Purworejo yang satu ini terbuat dari tepung ketan. Makanan ini juga biasa ditemukan hanya di daerah sekitar Purworejo, termasuk Kutoarjo.

Penamaan lompong untuk kue ini berasal dari daun talas kering atau lompong yang dulunya dijadikan bahan pewarna hitam pada kue. Meski dulu lompong terkenal karena dijadikan bahan pewarna, uniknya kue lompong malah tidak menggunakan pewarna dalam membuatnya.

Kini penjual banyak yang menggunakan damen atau pohon padi kering. Rasa dari kue lompong ini manis seperti kue moci.

Perpaduan manis dan gurih menjadikan kue ini cocok disantap selagi hangat. Meski begitu, diakui bahwa kue ini termasuk langka di Purworejo.

Untuk menemukan kue lompong, pengunjung bisa menemuinya di salah satu tempat yang masih bertahan, yaitu Kelurahan Pangenrejo, Pangen Jurutengah, dan sebagian Kledung Kradenan. Kue ini juga hanya bertahan selama satu minggu di luar kulkas, maka jika terasa mengeras, kue dapat di kukus kembali sebelum dimakan.

5. Lanting

Hidangan yang satu ini paling cocok untuk dijadikan camilan saat santai. Lanting terbuat dari singkong yang dihaluskan, kemudian dibentuk bundar dengan bolong di tengahnya.

Adonan tersebut lalu dikukus hingga setengah matang dan dicampurkan tepung tapioka, lalu digoreng. Camilan ini biasa hadir saat bulan Ramadhan menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Salah satu daerah yang membuat makanan ini adalah Desa Wonorejo Kulon, Kecamatan Butuh, Purworejo. Lating dapat mencicipi dan membeli lanting dengan harga mulai dari Rp 13.000 hingga Rp 20.000 per kilogramnya. Lanting juga biasa dijadikan oleh-oleh wisatawan yang berkunjung ke Purworejo.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.