Sukses

Jurus Merawat Luka Diabetes ala Siloam Hospitals Balikpapan

Secara umum, timbulnya luka pada kaki penderita diabetes disebabkan karena kedua kaki kerap dipakai beraktifitas atau bergerak.

Liputan6.com, Balikpapan - Penyakit diabetes mellitus (DM) yang juga dikenal dengan sebutan penyakit gula atau kencing manis  merupakan penyakit kronis dengan kondisi peningkatan kadar gula darah (glukosa) di batas ambang normal serta berlangsung secara periodik yang bisa disertai dengan berbagai gejala penyerta. Selain dapat berdampak pada komplikasi organ dalam tubuh, pengidap diabetes harus mewaspadai timbulnya luka terbuka pada kulit, khususnya luka di kaki.

Menurut Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Siloam Hospitals Balikpapan Arie Wibisono, penyakit kronis ini umumnya diidap masyarakat dengan beberapa faktor risiko, antara lain usia di atas 40 tahun, riwayat keluarga, kegemukan, dan stress psikologi.

Ia menerangkan sebenarnya gula digunakan tubuh untuk diolah menjadi energi, pengolahan gula darah memerlukan insulin yang cukup untuk menghasilkan energi yang adekuat. Pola hidup dan konsumsi gula berlebih ditambah dengan faktor risiko tersebut dapat menyebabkan tingginya kadar gula dalam darah.

“Sehingga kadar insulin tidak mencukupi untuk bisa mengolah gula menjadi energi, sehingga memaksa pankreas sebagai sumber insulin belerja lebih keras,” ujarnya ketika memaparkan materi perawatan luka pada pasien diabetes dalam kegiatan sehat Siloam Hospitals Balikpapan, Minggu (16/10/2022).

Apabila kondisi ini berlangsung lama, pada kondisi tertentu pankreas akan mengalami kondisi kelelahan. Akibatnya, insulin tidak bekerja maksimal dan masih banyak gula yang tidak terserap.

Ulkus diabetikum adalah luka terbuka mirip borok yang muncul di bagian bawah kaki penderita diabetes yang tidak terkontrol. Apabila tidak mendapatkan perawatan yang tepat, luka diabetes di kaki dapat terjadi infeksi dan mengalami komplikasi sampai parahnya harus dilakukan amputasi.

Kabar baiknya, luka diabetes masih bisa dicegah dan disembuhkan tergantung derajat lukanya. Dengan perawatan luka yang adekuat disertai dengan kontrol gula darah rutin dan pola hidup sehat dapat membuat luka diabet sembuh secara normal.

“Penanganan luka diabetes secara optimal dapat dilakukan melalui Konsultasi dengan dokter, yang salah satunya akan menjelaskan derajat luka diabetes dan penanganannya,” ucapnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Derajat Luka

Secara umum, timbulnya luka pada kaki penderita diabetes disebabkan karena kedua kaki kerap dipakai beraktifitas atau bergerak. Gangguan fungsi akibat rusaknya syaraf tepi pada penderita diabetes menyebabkan penurunan hingga hilangnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga bila terbentuk luka di kaki akan berpotensi terjadi infeksi dan semakin memberat.

Dasar penanganan secara sederhana dari pasien luka diabetik yaitu membersihkan luka kemudian dikeringkan dan dilembabkan, termasuk rutin merawat dan membersihkan kuku, memakai alas kaki di mana pun dengan bahan kaos kaki dan pakaian yang tidak sempit atau ketat.

Adapun sesuai anjuran dokter, tutup luka dengan perban, kontrol kadar gula, sekaligus rutin memperhatikan jika terjadi tanda timbulnya infeksi segera periksakan ke dokter.

Arie Wibowo juga menjelaskan derajat luka dengan skala 0 hingga 5,  yaitu :

Skala 0, luka masih belum tampak terlihat

Skala 1, kulit kaki berwarna Kemerahan

Skala 2, kulit tidak utuh seperti berdaging berwarna merah.

Skala 3, kulit kaki lebih dalam atau tebal, terlihat jaringan lemak berwarna kuning.

Skala 4, kulit kaki lebih dalam terlihat tendon berwarna putih mengkilap dengan tulang terlihat berwarna krem.

Skala 5, yang merupakan tingkat kerusakan tertinggi, luka pada kulit terlihat tertutup oleh jaringan mati bahkan timbulnya nanah yang menutupi dasar luka.

"Prinsip mencegah lebih baik daripada mengobati amat berlaku kepada luka diabetic,” tutur Arie.

Caranya, kontrol gula darah, mengelola stress diimbangi konsumsi makanan sehat dan berolahraga teratur, termasuk hindari merokok dan minuman beralkohol.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.